Pengakuan Novel Baswedan: Tawaran Tangkap Harun Masiku Ditolak Pimpinan KPK
3 min read
Jakarta, Mei 2025 – pttogel Mantan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, kembali menjadi sorotan setelah mengungkap fakta mengejutkan seputar buronan kelas kakap, Harun Masiku. Dalam pernyataannya baru-baru ini, Novel mengaku bahwa dirinya pernah menawarkan diri bersama timnya untuk menangkap Harun Masiku—buronan kasus suap pergantian antar waktu (PAW) anggota DPR—namun tawaran itu ditolak oleh pimpinan KPK saat itu, Firli Bahuri.
Pengakuan tersebut menguatkan dugaan publik selama ini bahwa pencarian Harun Masiku oleh KPK selama bertahun-tahun hanyalah formalitas, dan tidak dilakukan dengan keseriusan sebagaimana mestinya.
Tawaran Serius dari Tim Internal yang Diabaikan
Novel Baswedan menyampaikan bahwa dirinya bersama sejumlah penyidik internal yang tergabung dalam tim pencari Harun Masiku telah memiliki informasi valid terkait keberadaan buronan tersebut pada tahun 2021. Ia bahkan siap melakukan penindakan langsung dengan operasi lapangan.
“Kami punya informasi keberadaan Harun Masiku, kami siap bergerak. Tapi waktu itu, pimpinan tidak merespons tawaran kami. Tidak ada perintah, tidak ada tindak lanjut,” kata Novel.
Pernyataan ini disampaikan Novel dalam sebuah wawancara publik saat membahas kinerja KPK pasca-TWK (Tes Wawasan Kebangsaan) yang berujung pada pemecatan massal 57 pegawai KPK, termasuk dirinya.
baca juga: 7-pesona-cinta-laura-di-red-carpet-cannes-2025-tampil-elegan-dengan-kebaya-modern
Firli Bahuri Diduga Jadi Penghambat Langkah Penangkapan
Pernyataan Novel mengarah langsung kepada Firli Bahuri, Ketua KPK periode 2019–2023. Menurut Novel, sikap diam Firli atas tawaran penangkapan tersebut menandakan tidak adanya kemauan politik dari pimpinan untuk benar-benar mengejar Harun Masiku.
“Kalau memang serius ingin menangkap, kenapa tawaran langsung dari penyidik yang punya data dan pengalaman malah diabaikan?” ungkap Novel dengan nada heran.
Sikap ini pun menjadi sinyal kuat bahwa terdapat kepentingan tertentu yang menyebabkan proses penegakan hukum terhadap Harun Masiku tidak berjalan sebagaimana mestinya. Apalagi, tim pencari Harun justru termasuk dalam daftar pegawai KPK yang disingkirkan lewat mekanisme TWK.
Harun Masiku: Buronan yang Menghilang, Kini Jadi Simbol
Harun Masiku adalah eks caleg dari PDI Perjuangan yang terlibat dalam kasus suap terhadap Komisioner KPU Wahyu Setiawan terkait proses pergantian antar waktu (PAW) anggota DPR RI. Sejak ditetapkan sebagai tersangka pada Januari 2020, Harun menghilang dan hingga kini tak pernah berhasil ditangkap.
Namanya telah menjadi simbol kegagalan KPK di era baru dalam menangani kasus besar. Meskipun DPO (daftar pencarian orang) terus diperpanjang, publik menilai bahwa tidak ada langkah konkret, apalagi transparansi, dari pimpinan KPK dalam menyelesaikan perkara ini.
KPK Membisu, Publik Menekan
Setelah pernyataan Novel mencuat, KPK belum memberikan tanggapan resmi atas tudingan tersebut. Namun, publik dan sejumlah pengamat hukum mendesak agar KPK menjelaskan alasan mengapa tawaran operasional penangkapan Harun Masiku dari Novel dan timnya ditolak.
“Jika memang benar tawaran dari Novel ditolak, ini menjadi bentuk kelalaian institusional yang sangat serius,” ujar pakar hukum pidana Universitas Trisakti, Dr. Ahmad Sofyan.
Ia menambahkan, dalam konteks lembaga penegakan hukum, penolakan terhadap inisiatif yang didasarkan pada informasi valid bisa masuk dalam kategori obstruction of justice, atau perintangan proses hukum.
Harapan di Era Baru KPK
Kini, setelah masa jabatan Firli Bahuri berakhir dan KPK berada di bawah pimpinan baru, sejumlah pihak berharap agar pencarian Harun Masiku kembali dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Novel Baswedan menyatakan bahwa, meskipun tidak lagi menjadi bagian dari KPK, dirinya dan sejumlah mantan penyidik lainnya siap memberikan dukungan dan informasi jika KPK yang baru bersedia membuka kembali pintu komunikasi.
“Kalau benar-benar mau kerja, masih banyak jejaknya. Tapi kuncinya bukan di kemampuan, tapi di kemauan,” tegasnya.
Penutup: Pertanyaan Besar tentang Komitmen Antikorupsi
Pernyataan Novel Baswedan bukan sekadar kritik pribadi. Ia menjadi alarm keras bagi masa depan pemberantasan korupsi di Indonesia, yang dalam beberapa tahun terakhir dinilai semakin melemah. Publik kini menunggu dua hal: penjelasan dari Firli Bahuri atau pihak KPK lama atas penolakan tersebut, dan langkah konkret dari KPK baru untuk memburu Harun Masiku tanpa basa-basi.
Jika penangkapan Harun Masiku terus tertunda, maka luka kepercayaan publik terhadap institusi antirasuah akan sulit disembuhkan. Dan jika tawaran orang dalam seperti Novel saja diabaikan, lalu siapa lagi yang bisa dipercaya?
sumber artikel: wrphomestretch.com